2 Timotius 1:5

2 Timotius 1:5 “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”

Anak-anak hidup berdasarkan apa yang diinfuskan ke dalam mereka oleh orang tua mereka (Life Study of Philippians, p. 356)

            Lepas dari kitab Amsal, Perjanjian Lama sepertinya tidak memberikan banyak pengejaran tentang bagaimana menjadi orang tua. Dalam Perjanjian Baru, Paulus menulis sesuatu tentang bagaimana menjadi orang tua. Kebanyakan buku di dunia mengajarkan bagaimana anak-anak menjadi anak-anak; tidak banyak buku mengajar bagaimana orang tua menjadi orang tua. Kebanyakan orang memperhatikan pengajaran untuk anak-anak. Tetapi Perjanjian Baru lebih memperhatikan pengajaran bagi orang tua. Perjanjian Baru tidak banyak memperhatikan mengajar bagaimana menjadi anak. Walaupun tidak mengajarkan sesuatu tentang anak, penekanannya bukanlah pada anak. Baik Efesus 6 dan Kolose 3 memberikan penekanan pada orang tua daripada anak. Kita harus belajar menjadi orang tua yang tepat karena Allah lebih memperhatikan orang tua daripada anak.

            Jika kita mencoba menyimpulkan perkataan dalam Alkitab mengenai bagaimana menjadi orang tua, hal utama yang harus dilakukan orang tua adalah membesarkan anak-anak mereka dalam pengajaran dan nasihat Tuhan dan tidak membangkitkan amarah mereka atau mengecewakan mereka. Ini berarti orang tua harus melatih penguasaan diri dan tidak boleh kendor dalam hal apapun. Inilah pengajaran Paulus tentang masalah ini.

            Sebagaimana sulitnya menjadi suami dan istri, saya harap Anda akan menyadari bahwa ada yang lebih sulit lagi, yakni menjadi orang tua. Menjadi seorang suami atau seorang istri hanya melibatkan dua orang; menjadi orang tua melibatkan lebih banyak. Menjadi seorang suami atau seorang istri adalah masalah kebahagiaan pribadi; menjadi orang tua adalah sesuatu yang mempengaruhi baik buruknya anak-anak generasi berikutnya. Tanggung jawab masa depan anak-anak generasi berikutnya berada di pundak para orang tua.

            Kita harus menyadari betapa seriusnya tanggung jawab itu. Allah telah menempatkan roh, jiwa, dan tubuh seseorang, bahkan seluruh hidup dan masa depannya ke dalam tangan kita. Tidak ada pribadi yang mempengaruhi masa depan pribadi lain sebanyak orang tua. Tidak seorangpun yang mengendalikan masa depan seseorang sebanyak orang tua. Orang tua hampir-hampir menjadi penentu apakah anak-anak mereka pergi ke neraka atau ke surga. Kita harus belajar menjadi suami dan istri yang baik, tapi lebih dari itu semua kita harus belajar menjadi orang tua yang baik. Saya yakin bahwa tanggung jawab menjadi orang tua lebih berat daripada menjadi seorang suami atau seorang istri. (Collected Works of Watchman Nee, Vol. 49, pp. 519-520)

Similar Posts